MAKALAH FILSAFAT ILMU
MATEMATIKA DAN STATISTIKA
DISUSUN OLEH:
Arif Herdiansyah : 2715162266
Elma Damayanti : 2715160955
Lulu Maulidil Hasanah : 2715165261
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
Tahun Ajaran 2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Filsafat Ilmu
Matematika dan Statistika”.
Makalah ini telah dibuat dari berbagai pihak Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
bagi pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah
ini di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat, bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 19 April 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................
2
Daftar Isi................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.......................................................................................................
4
B. RumusanMasalah..................................................................................................
4
C. TujuanPembahasan................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A.MATEMATIKA.................................................................................................... 5
B.STATISTIKA 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................ 13
DaftarPustaka............................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial” ( buatan atau tidak alami) yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan padanya. Dimana jika matematika dijadikan sebagai bahasa penyampaian,
maka hal itu tidak akan menimbulkan emosional karena jelas sifat dan maknanya. Matematika
menjadikan ilmu itu berkembang dari pernyataan kualitatif menjadi kuantitatif.Ilmu
ini menjadikan kita bisa menghemat kata dalam menjelaskan sesuatu dan
mempermudahnya dengan perumpamaan lambang.
Sama halnnya dengan matematika, statistika juga ilmu
yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.Statistik memberi pernyataan umum
terhadap suatu masalah dan bisa menjadi dasar peluang sutau kejadian untuk bisa
terjadi.Data-data statistik menjadikan manusia dapat mengambil langkah
selanjutnya untuk mengatasi permasalahan.Maka, disusunlah makalah ini sebagai
dasar pengetahuan kita dalam memahami hakekat matematika dan statistika itu
sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana matematika bisa menjadi media bahasa?
2. Bagaimana sifat kuantitatif dari
matematika itu sendiri?
3. Bagaimana sejarah, tahap, perkembangan, dan
peradaban matematika?
4. Apa maksud dari matematika sebagai
sarana berpikir deduktif?
5. Apa saja aliran filsafat matematika?
6. Apa pengertian statistika?
7. Apa yang dimaksud dengan statistika
sebagai sarana berpikir induktif dan apa saja karakteristiknya?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Agar
kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan matematika dilihat dari sejarah
dan peradabannya.
2.
Agar
kita dapat mengetahui hakikat fungsi matematika dalam dunia kelimuan
3.
Agar
kita dapat mengetahui hakikat fungsi statistika dalam dunia kelimuan
4.
Agar
kita dapat mengeatahui bagaimana matematika dan statistika hasil dari pemikiran
yang mendalam (filsafat)
BAB
II
PEMBAHASAN
1. MATEMATIKA
A. Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat “artifisial”( buatan atau tidak alami) yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan padanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan
kumpulan rumus-rumus mati.Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan
antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan.
Lambang-lambang
dari matematika dibikin secara artifisial dan individual yang merupakan
perjanjian khusus untuk masalah yang dikaji. Sebuah obyek yang sedang kita
telaah dapat dilambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita.
Umpamanya jika kita sedang mempelajari kecepatan
jalan kaki seorang anak maka obyek “kecepatan
jalan kaki seorang anak”kita lambangkan dengan huruf “x”. Dalam hal ini maka
“x” hanya memiliki satu arti yaitu “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Demikian
juga jika kita hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dengan objek lain
umpamanya “jarak yang ditempuh seorang anak”, dimana bisa kita lambangkan
dengan huruf “y”, maka akan terjadi sebuah persamaan z = y/x. Dalam hal ini
maka persamaan tersebut hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara
x, y, dan z. Hal ini dapat menjadikan dasar bahwa pernyataan tematik mempunyai
sifat yang jelas, spesifik, dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi
yang bersifat emosional.
B. Sejarah Perkembangan Matematika
Griffits dan Howson
(1974)sebagaimana dikutip oleh Jujun S. Suamantri, membagi sejarah perkembangan
matematika menjadi empat tahap.Tahap yang pertama dimulai dengan matematika
yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan daerah sekitarnya seperti Babylonia
dan Mesopotamia. Waktu itu matematika telah dipergunakan dalam perdgangan,
pertanian, banguna, dan usaha mengontrol
alam seperti banjir. Tahap yang ke dua, matematika mendapatkan momentum baru
dalam peradaban Yunani yang sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika.
Dapat dikatakan bahwa peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika
sebagai cara berfikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan defenisi
tertentu. kaum cendekiawan Yunani, terutama mereka yang kaya, mempunyai budak
belian yang mengerjakan pekerjaan kasar termasuk hal-hal yang praktis seperti
melakukan pengukuran. Dengan demikian maka kaum cendikiawan ini dapat
memusatkan perhatiannya kepada aspek estetik dari matematika yang merupakan
symbol status dari golongan atas waktu itu.Perkembangan selanjutnya matematika
berkembang di timur sekitar tahun 1000 M. dimana bangsa Arab, India, dan Cina
mengembangkan ilmu hitung dan aljabar.Tahap ke tiga gagasan-gagasan orang
Yunani dan penemuan ilmu hitung dan al-Jabar itu dikaji kembali dalam zaman
Renaissance yang meletakkan dasar bagi kemajuan matematika modern
selanjutnya.Dan tahap ke empat matematika berkembang dengan pesat diujung abad
17 dan masa revolusi industry di abad ke -18.
C. Sifat Kuantitatif dari
Matematika
Matematika
mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu
pengukuran secara kuantitatif.Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan
yang bersifat kualitatif. Contohnya, kita hanya bisa mengemukakan bahwa logam
yang dipanaskan akan memanjang. Namun, kita tidak bisa mengatakan dengan tepat
berapa besar pertambahan panjangnya.Untuk mengatasi masalah ini matematika
mengembangkan konsep pengukuran.Lewat pengukuran, kita dapat mengetahui dengan
tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahan panjangnya kalau
dipanaskan.
Dengan
mengetahui hal ini maka pernhyataanilmiah
yang berupa pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti
“sebatang logam kalau dipanaaskan akan memanjang” dapat diganti dengan
pernyataan yang lebih eksak umpamanya :
Pt
= Po (1 + nt), dimana Pt merupakan panjang logam pada tremperatur
t, Po merupakan panjang logam tersebut
pada temperature nol dan n merupakan koefisien pemuai logam tersebut.
Sifat
kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari
ilmu.Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif
ke kuantitatif.
D. Matematika Sarana Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif adalah berpikir dengan cara menacari fakta-fakta
umumnya terlebih dahulu baru kemudian menyimpulkannya secara khusus. Proses
pengambilan kesimpulannya didasarkan pada premis-premis yang kebenarannya telah
ditentukan.
Untuk
menghitung jumlah sudut dalam segitiga tersebut kita mendasarkan kepada premis
bahwa kalau terdapat dua garis sejajar maka sudut-sudut yang dibentuk kedua
garis sejajar tersebut dengan garis ketiga adalah sama. Premis yang kedua
adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus adalah 180
derajat.
Dari
contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwa secara deduktif, matematika
menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu.Dari
beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya dapat ditemukan
pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya perbendaharaan ilmiah kita.
E. Tahap Perkembangan Matematika
Ditinjau
dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap
sistematika, komparatif, dan kuantitatif.Pada tahap sistematika, ilmu mulai
menggolongkan obyek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu.Penggolongan
ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri umum dari anggota-anggota yang
menjadi kelompok tertentu.
Pada
atahap komparatif artinya, melakukan perbandingan antara obyek yang satu dengan
obyek yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain. Kita mulai
mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara di berbagai obyek
yang sedang kita kaji.
Tahap
selanjutnya adalah tahap kuantitatif, dimana kita mencari hubungan sebab akibat
tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak
dari obyek yang sedang kita kaji.
Memang tidak
semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah
pengetahuan yang bersifat deduktif. Namun pada dasarnya orang berpendapat bahwa
matematika merupakan pengetahuan yang bersifa rasional yang kebenarannya tidak
tergantung kepada pembuktian secara empiris karena perhitungan matematika
bukanlah suatu eksperiment .Memang menurut akal sehat sehari-hari,
kebenaran matematika tidak ditentukan
oleh pembuktian secara empiris, melainkan kepada proses penalaran deduktif.
Disamping sarana berpikir deduktif yang merupakan aspek estetik, matematika
juga merupakan kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari semua masalah
kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau
harus berpaling kepada matematika..
Griffits dan
Howson membagi sejarah perkembangan metematika menjadi 4 tahap.Dan bagi dunia
keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat. Suatu rumus yang jika ditulis
dengan bahasa verbal memerlukan kalimat yang banyak sekali, dimana makin banyak kata-kata yang di pergunakan maka makin besar
pula peluang terjadinya salah informasi dan salah interprestasi. Maka dalam
bahasa matematika cukup ditulis dengan model yang sederhana sekali.Matematika sebagai bahasa mempunyai cirri sebagaimana di
katakan oleh Morris Kline yakni bersifat ekonomis dengan kata-kata.
Kriteria
kebenarandari matematika adalah konsisten dari berbagai postulat, definisi, dan
berbagai aturan permainan lainnya.Maka, matematika sendiri tidak bersifat
tunggal seperti juga logika.
F.
Beberapa Aliran dalam Filsafat Matematika
Dalam
bagian terdahulu disebutkan dua pendapat tentang matematika yakni dari Immanuel
Kant (1724-1804) yang berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan yang
bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung dari panca
indra serta pendapat dari aliran yang
disebut logistik yang berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir
logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris
. Akhir-akhir ini filsafat Khant tentang matematika ini mendapat momentum baru
dalam aliran yang disebut ‘instuisionis’ dengan eksponen utamanya adalah
seorang ahli matematika berkebangsaan Belanda bernama Jan Rouwer (1881-1966).
Disamping
2 aliran ini terdapat pula aliran ketiga yang dipelopori oleh David Hilbert
(1862-1925) dan terkenal dengan sebutan kaum formalis.Tesis utama kaum logistik
adalah bahwa matematika murni merupakan cabang dari logika.Tesis ini mula-mula
dikembangkan oleh Gottlob Frage (1848-1925) yang menyatakan bahwa hukum-hukum
bilangan dapat di reduksikan ke proposisi-proposisi logika.Kaum formalis
menolak anggapan kaum logistik yang menyatakan bahwa konsep matematika di
reduksikan menjadi konsep logika. Mereka berpendapat bahwa banyak
masalah-masalah dalam bidang logika yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
matematika. Bagi mereka matematika merupakan pengetahuan tentang struktur
formal dari lambang.Kaum formalis menekankan kepada aspek formal dari
matematika sebagai bahasa perlambangan dan mengusahakan konsisten dalam
penggunaan matematika sebagai bahasa lambang.
Tidak
satu pun dari tiga aliran di atas sepenuhnya berhasil dalam usahanya.Walaupun
demikian perbedaan pandangan ini tidak melemahkan perkembangan matematika
justru sebaliknya dimana satu aliran menginspirasi kepada aliran-aliran lainya
di titik-titik pertemuan yang disebut black sebagai kompromi yang
bersifat ekleterik.kaum logistik mempergunakan simbol yang diperkembangkan oleh
kaum formalis dalam kegiatan analisisnya.Kaum intuisionis memberikan titik
tolak dalam mempelajari matematika dalam perspektif kebudayaan suatu masyarakat
tertentu yang memungkinkan di perkembangkannya filsafat pendidikan yang sesuai.
G.
Matematika dan Peradaban
Matematika
dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri.
Matematika merupakan bahasa artificial yang dikembangkan untuk menjawab
kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah, untuk itu diperlukan usaha
tertentu untuk menguasai matematika dalam bentuk kegiatan belajar dan
matematika makin lama makin bersifat abstrak dan esoterik yang makin jauh dari
tangkapan orang awam magis misterius. Bagi ilmu sendiri, matematika meyebabkan
perkembangan yang sangat cepat. Tanpa matematika maka pengetahuan akan berhenti
pada kualitatif yang tidak memungkinkan untuk meningkatkan penalarannya lebih
jauh. Singkatnya bagi bidang keilmuan modern, matematika adalah sesuatu yang
imperative sebagai sebuah saran untuk meningkatkan kemampuan penalaran
deduktif.
Namun
pihak lain yang tidak tahu tentang matematika ini sering menyebabkan suatu
bidang keilmuan terpaku pada tahap kualitatif. Dimana tanpa mengurangi rasa
penghargaan kita terhadapnya, tetap merupakan bidang keilmuan yang belum tumbuh
sempurna.Bertrand Russell menyatakan ilmu kualitatif adalah masa kecil kuantitatif.Ilmu
kuantitatif merupakan masa dewasa ilmu kualitatif dimana ilmu yang sehat
seperti kita manusia adalah terus tumbuh dan mendewasa.
Angka tidak bertujuan
menggantikan kata-kata.Pengukuran sekedar unsur dalam menjelaskan persoalan
yang menjadi pokok-pokok analisis utama teknik matematika yang tinggi bukan
merupakan penghalang untuk mengkomunikasikan pernyataan yang dikandungnya dalam
kalimat-kalimat yang sederhana.Matematika merupakan sarana untuk mempermudah
memahami suatu ungkapan ke dalam simbol, sehingga menghemat dari segi bahasa
serta mudah dipahami. Matematika merupakan suatu cara yang paling mudah dalam
memformulasikan hipotesa keilmuwan. Matematika memiliki ciri utama sebagai
metode dalam penalaran.
2. STATISTIKA
A. Pengertian Statistika
a. Statistika adalah logika berpikir secara
induktif, yaitu penarikan kesimpulan setelah dihadapkan kepada sebuah
permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus diamati sampai kepada suatu
kesimpulan yang bersifat umum.
b. Statistika adalah ilmu tentang cara
mengumpulkan, menabulasi, menggolong-golongkan, menganalisis, dan mencari
keterangan yang berarti dari data yang berupa angka.
c. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan pengumpulan data, penyelidikan dan kesimpulannya berdasarkan bukti,
berupa catatan bilangan (angka-angka).
Hampir sama dengan logika matematika,
statistika selain berupa angka-angka, ia juga merupakan bidang keilmuwan yang
memberi arti pada lambang, formula, dan teorema. Ia seperti tata buku, selain merupakan
kumpulan berbagai prinsip dan metode, namun ia juga berarti rekening, neraca, dan
perhitungan pendapatan. Bidang keilmuwan statistika adalahsekumpulan metode
untuk memperoleh dan menganalisa data dalam mengambil suatu kesimpulan.Perbedan
antara matematika dan statistika terletak pada logika yang digunakan.Matematika
menggunakan logika deduktif, sedangkan statistika menggunakan logika induktif.
Peluang
merupakan dasar dari teori statistika,
merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi
dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang di
kembangkan sarjana muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu
dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat bidang telaahan ini
berkembang.
Konsep
statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang di telaah dalam
suatu populasi tertentu. Abraham Demoivre(1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan
(Theory of error). Pada tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat
suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel
dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre simon de Laplace (1749-1827)
mengembangkan konsep Demoivre dan Simpson ini lebih lanjut dan menemukan
distribusi normal. Sebuah konsep yang mungkin paling umum dan paling banyak
dipergunakan dalam analisis statistika di samping teori peluang.
B. Statistika dan Cara Berfikir Induktif
Ilmu secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya.Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, dimana
konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera, maupun
dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.Pengujian
secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang
membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kalau kita telaah lebih
dalam maka pengujian merupakan suatu proses pengumpulan fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan.
Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Logika deduktif berpaling
kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan sedangkan
k=logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan pengetahuan
untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Penarikan
kesimpulan induktif pada hakikatnya berbeda dengan penarikan kesimpulan secara
deduktif.Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang di tarik adalah benar
sekiranya premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur
penarikan kesimpulannya adalah sah.Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun
premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah
maka kesimpulan itu belum tentu benar. Yang dapat kita katakan adalah bahwa
kesimpulan itu mempunyai peluang untuk
benar. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung
tingkat ini denga eksak.
Statistika
mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan
pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang di ambil maka
semakin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.Sebaliknya makin sedikit
contoh yang diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya.
Statistika juga
memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan
kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang
benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.Statistika
berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan
dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang bersifat kebetulan.
Terlepas dari
semua itu maka dalam penarikan kesimpulan secara induktif kekeliruan memang
tidak bisa dihindarkan. Dalam kegiatan pengumpulan data kita terpaksa
mendasarkan diri kepada berbagai alat yang pada hakikatnya juga tidak terlepas
dari cacat yang berupa ketidak telitian
dalam pengamatan. Panca indera manusia sendiri tidak sempurna yang bisa mengakibatkan berbagai kesalahan dalam pengamatan kita.
Demikian juga dengan alat-alat yang dipergunakan, semua tak ada yang sempurna.
Penarikan
kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah
secara ekonomis, dimana tanpa statistika hal ini tak mungkin dapat
dilakukan.Karakteristik yang dipunyai statistika ini sering kurang dikenali
dengan baik yang menyebabkan orang sering melupakan pentingnya statistika dalam
penelaahan keilmuan. Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama
dalam penarikan kesimpulan induktif seperti matematika dalam penarikan
kesimpulan secara deduktif.
C. Karakteristik Berpikir Induktif
Kesimpulan yang
didapat dalam berpikir deduktif merupakan suatu hal yang pasti, dimana jika
kita mempercayai premis-premis yang dipakai sebagai landasan penalarannya, maka
kesimpulan penalaran tersebut juga dapat kita percayai kebenarannya sebagaimana
kita mempercayai premis-premis terdahulu.Logika induktif tidak memberikan
kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu
dapat ditarik.
Statistika
merupakan pengetahuan yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan secara
induktif berdasarkan peluang tersebut.Dasar dari teori statistika adalah teori
peluang.Teori peluang merupakan cabang dari matematika sedangkan statistika
sendiri merupakan disiplin tersendiri. Menurut bidang pengkajiannya statistika
dapat kita bedakan sebagai statistika teoritis dan statistika terapan.
Statistika teoritis merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori
statistika, dimulai dari teori penarikan contoh, distribusi, penaksiran dan
peluang.Statistika terapan merupakan penggunaan statistika teoritis yang
disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.Penguasaan statistika mutlak
diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” ( buatan atau
tidak alami) yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna
diberikan padanya. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan sesuatu pengukuran secara kuantitatif.Matematika memungkinkan ilmu mengalami
perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif.
Statistika adalah logika berpikir secara
induktif, yaitu penarikan kesimpulan setelah dihadapkan kepada sebuah
permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus diamati sampai kepada suatu
kesimpulan yang bersifat umum.Statistika
merupakan pengetahuan yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan secara
induktif berdasarkan peluang .Teori peluang merupakan cabang dari matematika sedangkan statistika
sendiri merupakan disiplin tersendiri.Menurut bidang pengkajiannya statistika
dapat kita bedakan sebagai statistika teoritis dan statistika terapan.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriasumantri,
Jujun. S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan