Jumat, 28 April 2017

Makalah Kelompok 6

BAB II
EPISTEMOLOGI

Pengertian Epistemologi
Secara etimologi kata epistemologi berasal dari kata Yunani kuno “episteme” yang berarti pengetahuan. Dan “logos” artinya teori. Secara asal-usul kata epistemologi berarti teori pengetahuan. Pengertian epistemologi secara istilah merupakan suatu cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa suatu pengetahuan hendaknya diperkuat dan dilatarbelakangi oleh sistem-sistem yang berupa metode, struktur, otentisitas yang ilmiah, dan membahas tentang sumber, kerakter, kebenaran pengetahuan.
Epistemologi menitikberatkan pada persoalan pada apakah yang ada, yang didalamnya mengandung :
Masalah sumber pengetahuan / originalitas
Apakah sumber-sumber pengetahuan itu
Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita dapat mengetahui
Masalah penampilan / appereance
Apa yang menjadi karakteristik pengetahuan
Adakah dunia nyata diluar akal, jika ada dapatkah diketahui
Masalah mencoba kebenaran / verivikasi
Apakah pengetahuan kita itu benar
Bagaimana membenarkan antara kebenaran dan kekeliruan


Jarum Sejarah Pengetahuan
Salah satu cabang pengetahuan itu yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya. Metode keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradigma dari Abad Pertengahan. Demikian juga ilmu dapat dibedakan dari apa yang di telaahnya serta untuk apa ilmu itu dipergunakan.
Seiring dengan berkembangnya Abad Penalaran, maka konsep dasar menjadi berubah dari "persamaan" kepada "perbedaan". Mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan, dan konsekuensinya dapat mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan, setidaknya berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahui, dan untuk apa pengetahuan tersebut digunakan.


Mungkin Anda pernah mendengar seorang tukang obat yang menawarkan panacea (obat segala macam penyakit) di kaki lima yang berkata : " Untuk urat kaku, pegal linu, darah tinggi, sakit bengek, eksim, keputihan, susah tidur, kurang nafsu makan, kurang jantan...., minumlah kapsul ini tiga kali sehari, diguyur dengan air minum, yang hamil dilarang minum....!!!". Raja obat yang konon katanya mampu mengobati berbagai macam penyakit ini adalah "warisan" dari zaman dulu, dimana pada waktu itu perbedaan antara wujud yang satu dengan wujud lainnya masih belum dilakukan. Pada masyarakat primitif, perbedaan antara berbagai organisasi kemasyarakatan belum begitu nampak, mungkin karena belum adanya "pembagian pekerjaan". Seorang ketua suku, misalnya, bisa saja merangkap hakim, penghulu yang menikahkan, panglima perang, guru besar (mufti), sesepuh, dan lain-lain. Sekali dia menempati status tertentu, maka biasanya status itu tetap, ke mana pun dia pergi. Sebab organisasi kemasyarakatan pada waktu itu hakikatnya hanya satu. Sekali menjadi seorang ahli, maka seterusnya dia akan menjadi seorang ahli. "Jadi kalau sekarang kita melihat seorang professor psikiatri mencantumkan gelar/titelnya waktu main ketoprak, maka gejala ini dapat dianggap sebagai sindrom tempo doeloe, kan...?", tanya seseorang pada sebuah seminar. "...Tahu ! Habis contohnya professor psikiatri, sih. Jadi membuka lorong ke arah penafsiran yang lain", jawab seorang ketua panitia. Jadi kriteria persamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar pada waktu dulu. Semua menyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya "kabur" dan "mengambang". Tidak ada batas-batas yang jelas antara obyek yang satu dengan obyek yang lain, antara wujud yang satu dengan wujud yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan berkembangnya Abad Penalaran (The Age of Reason) pada pertengahan abad ke-17. Sebelum CHARLESS ROBERT DARWIN (-) menyusun Teori Evolusi-nya, kita sering menganggap bahwa semua makhluk adalah serupa yang diciptakan dalam waktu yang sama. Jadi, adalah wajar kalau dalam kurun waktu tersebut tidak ada perbedaan antara berbagai pengetahuan. Segala apa yang kita ketahui adalah pengetahuan; apakah itu cara memburu gajah, cara mengobati sakit gigi, cara menentukan kapan harus bercocok tanam, atau barangkali biografi para bidadari di khayangan, dan sebagainya. Intinya, semua itu adalah satu; apakah itu obyeknya, metodenya, atau kegunaannya, dan lain-lain. Metode ngelmu yang akhir-akhir ini mulai ngepop lagi, yang tidak membedakan antara berbagai jenis pengetahuan, mungkin bisa dianggap sebagai metode yang bersifat universal pada waktu itu. Namun dengan berkembangnya Abad Penalaran, maka konsep dasar pun berubah dari "persamaan" menjadi "perbedaan". Salah satu cabang pengetahuan yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu, yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, terutama dalam segi metodenya. Sedangkan yang namanya metode keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradigma sejak Abad Pertengahan. Demikian juga ilmu, dapat dibedakan dari apa yang ditelaahnya, bagaimana cara mendapatkannya, dan untuk apa ilmu itu digunakan. Diferensiasi dalam bidang ilmu dengan cepat terjadi. Secara metafisik, ilmu sudah mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, mulailah dibeda-bedakan antara ilmu-ilmu alam (natural sciences) dengan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Dari cabang ilmu yang satu, sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 665 ranting disiplin keilmuan (lihat Ruang Lingkup Penjelajahan Ilmu). Pembedaan yang makin terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin spesifik pula.



Pengetahuan
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tak ada, sebab pengetahuan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.

Jadi pada hakikatnya kita mengharapkan jawaban yang benar,dan bukannya sekedar jawaban yang bersipat sembarang saja. Lalu timbullah masalah,bagaimana cara kita menyusun pengetahuan yang benar? Masalah ini yang dalam kajian filsafati tersebut epistemologi, dan landasan epistemologiilmu disebut metode ilmiah. Dengan kata lain, metode ilmiah adalah cara yang di lakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.

Jenis Pengetahuan

Sumber-sumber yang dipakai manusia ontuk mencari pengetahuan dan kebenaran :

Pengetahuan Wahyu (revealed knowledge)
Tuhan telah memberika petunjuk yang berupa wahyu kepada manusia yang berisi pengetahuan dan kebenaran. Kebenaran Tuhan yang berupa firman adalah mutlak dan abadi. Pengetahuan wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari luar manusia.

2.             Pengetahuan Rasional (rational knowledge)
Pengetahuan yang didapatkan manusia dengan cara berlatih akal/rasio manusia semata. Pengetahuan ini tidak disertai dengan observasi/ penelitian terhadap ha-hal faktual. Dengan berpronsip pada paradigm logika formal dan matematika murni dan kebenarannya dapat dibuktikan dengan pemikiran abstrak, dapat diterapkan pada pengalaman indera tetapi tidak bias disimpulkan dari pengalaman indera.
Berdasar pemahaman ini, maka yang dicari adalah kepastian dan kesempurnaan yang sistematis.



3.             Pegetahuan Intuitif (intuitive knowledge)
Pengetahuan intuitif lahir dari dalam diri manusia pada saat manusia tersebut menghayati sesuatu dan muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia.
Pengetahuan intuitif tidak bias diuji dengan obsrvasi, experimem ataupun perhitungan, karena tidak bersifat hipotesis. Karena bersifat pribadi, pengetahuan intuitif tidak bias dikembangkan, bersifat subyektif tidak terlukiskan dan sulit diketahui apakah seseorang memiliki pengetahuan intuitif atau tidak.

4.             Pengetahuan Otoritas (authoritative knowledge)
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pendapat seorang pakar dibdangnya dan telah dijamin otoritas / sumber yang memiliki wibawa ataupun wewenang.

5.             Pengetahuan Empris (empirical knowledge)
Pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang bersumber atas bukti penginderaan, penglihatan, pendengaran, serta sentuhan indera-indera lainnya. Sehingga dengan memperoleh hal tersebut manusia bisa memiliki sebuah konsep tentang dunia terutama disekitar kita.
Pengetahuan ini memiliki paradigm sains, dimana hipotesis-hipotesis sains diuji dengan observasi atau eksperimen
Faham empirisme menyatakan bahwa pengetahuan bisa diperoleh melalui pengalaman, observasi dan penginderaan. Tetapi pengalaman ini bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan rasio dan akal, akal dilibatkan sebagai suatu bagian integral dari pengalaman.

Teori-Teori Pengetahuan

1.      Teori Korespondensi
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran merupakan suatu persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungan sebrnarnya.
2.      Teori Pragmatisme
Menurut teori pragmatisme, bahwa kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab kita hanya bias mengetahui dari pengalaman saja.
Kebenaran sebuah pernyataan dapat diukur dengan suatu kriteria, apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak. Maksud dari pemahaman tersebut adalah pernyataan akan dikatakan benar apabila memiliki kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
3.      Teori Koherensi
Dalam teori ini, bahwa kebenaran bukanlah suatu persesuaian antara pikiran dengan kenyataan, tetapi kesesuaian yang harmonis antara pikiran/pendapat manusia dengan pengetahuan manusia yang telah dimilikinya. Pemahamsan teori kebenatan ini lebih banyak diakui oleh golongan idealis.


Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan di sebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sesuatu pengetahuan di sebut ilmutercantum dengan apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresimengenai cara bekerja pikiran.dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang di hasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasionaldan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat dihandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikyumpulkan seberlumnya. Teori korespodensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian (berkospondensi ) dengan obyek paktual yang di tuju oleh pernyataan tersebut.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi dalam melakukan penelitian mendapatkan jawaban yang benar maka seorang ilmuwan seakan-akan melakukan sesuatu dalam “interogasi terhadap alam”. Hipotesis dalam hubungan ini berfungsi sebagai penunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk mendapatkan jawaban, karena alam itu sendiri membisu dan tidak responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan. Harus kita sadari bahwa hipotesis itu sendiri merupakan yang bersifat sementara yang membantu kita dalam melakukan penyelidikan.











Macam-Macam Metode Ilmiah
1.      Metode Deduktif
Metode ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kuatitatif, didalam metode ini teori ilmiah yang telah diterima kebenatannya dijadikan acuan untuk mencari kebenaran selanjutnya.


2.      Metode Induktif
Metode ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kualitatif, didalam metode ini dengan pengamatan dan penyelidikan dan diakhiri dengan penemuan teori.

Metode Ilmiah lain untuk mendapatkan pengetahuan :

1.      Metode Rasionalisme
Metode yang mengutamakan rasio / akal pikiran untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman hanyalah perangsang unttuk memperoleh pengetahuan.

2.      Metode Empirisme
Metode yang mengutamakan pengalaman sebagai hal yang utama, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah manusia. Bahan dari pengalaman tersebut diolah dan dikembangkan oleh akal, dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan, karena pengalaman diambil dari kepastian dari dunia fakta dan nyata.


BAB III
KESIMPULAN

Pengertian epistemologi adalah merupakan suatu cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Eptstemologi menitikberatkan pada persoalan pada apakah yang ada.

Jarum Sejarah Pengetahuan : Salah satu cabang pengetahuan itu yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya.


Pengetahuan meliputi : Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya kehidupan kita.

Jenis Pengetahuan : Pengetahuan Wahyu (revealed knowledge), Pengetahuan Rasional (rational knowledge), Pegetahuan Intuitif (intuitive knowledge), Pengetahuan Otoritas (authoritative knowledge), Pengetahuan Empris (empirical knowledge).

Teori-Teori Pengetahuan meliputi : Teori Korespondensi, Teori Pragmatisme, dan Teori Koherensi.

Metode Ilmiah : Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah

Macam-macam metode ilmiah meliputi : Metode Deduktif dan Metode Induktif. Sedangkan metode lain meliputi : Metode Rasionalisme dan Metode Empirisme.

Epistemologi Cara Mendapat Pengetahuan Yang Benar

ABSTRAKSI

Epistemologi adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah Teori Pengetahuan. Objek kajian epistemologi adalah membicarakan mengenai sumber-sumber, karakterristik dan kebenaran pengetahuan. “Epistemologi is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, method, and validity of knowledge” (Runes). Bahasan-bahasan Epistemologi sangat berkaitan erat dengan persoalan metafisika (ilmu yang membahas diluar alam fisik/jasad). Epistemologi membahas persoalan pada apa yang ada.
Bahasan epistemologi adalah pada persoalan pengetahuan, pertanyaannya mungkinkah pengetahuan diperoleh atau tidak, apakah kita bisa mendapatkan pengetahuan yang benar. Dalam epistemologi pengetahuan yang benar haruslah jelas sumbernya, struktur pengetahuan itu sendiri. Tetapi Plato berpendapat bahwa Seorang manusia tidak perlu menyelidiki apa yang dia ketahui karna dia telah mengasumsikan bahwa manusia itu sudah tahu dan tidak perlu menyelidiki, demikian halnya juga bahwa manusia tidak perlu menyelidiki yang tidak diketahui, karena dia tidak tahu apa yang harus diselidiki. Sedangkan Immanuel Kant menyebut bahwa epistemologi sebagai ilmu tentang batas-batas serta kemungkinan pengetahuan.
Secara garis besar bahwa epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang membalas pengetahuan dengan upaya evaluatif dan kritis tentang pengetahuan, teori yang berpusat pada batas-batas, struktur dan sumber ilmu pengetahuan.





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya ketika manusia hidup didunia ini, ketika berinteraksi dengan manusia lainnya, Tuhan dan alamnya, sebagai makhluk sempurna dan makhluk pencari kebenaran, dia akan menggunakan akal dan pikirannya dengan berorientasi pada kebenaran dan akan terus berlangsung dari waktu kewaktu. Didalam perjalanan kehidupan manusia tersebut, keberadaan akal pikiran manusia dan juga alam akan selalu bergerak dengan dinamiknya. Sehingga dengan keadaan tersebut manusia juga dituntut untuk mengikuti keFadaan tersebut, bahkan mungkin bisa mengendalikannya dengan didampingi Tuhan sang pencipta kebenaran.
Dengan kondisi tersebut diatas, manusia sebagai makhluk yang selalu tidak puas dengan keadaan yang sudah ada dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka manusia akan selalu berusaha mencari tahu apa yang dia ingin ketahui untuk mendapatkan jawabannya. Maka manusia yang benar-benar menggunakan akal pikirannya akan selalu berusaha mencari tahu itu, jika dia mendapatkan jawaban dari yang ingin dia ketahui itu, maka dia akan mengujinya dan juga mengukurnya dengan methode-methode tertentu untuk mendapat rasa ingin tahu tersebut. Hal tersebut akan selalu terus berlangsung seiring manusia dalam memenuhi rasa ingin tahunya.
Disamping hal tersebut diatas, berbagai kajian pengetahuan ini juga akan memberi sebuah wacana dan nilai bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Dengan nilai-nilai pengetahuan ini keberlangsungan umat manusia akan selalu terjaga, karena generasi penerus umat manusia ini akan memiliki prinsip, apakah pengetahuan bisa diaplikasikan dan bagaimana mengaplikasikan pengetahuan itu.

Rumusan Masalah
Dalam bahasan ini akan coba kita bahas dan kita jelaskan beberapa hal mengenai Epistemologi :
Pengertian Epistemologi
Jarum Sejarah Pengetahuan
Pengetahuan
Metode Ilmiah





Tujuan Makalah
Berbagai pengkajian pemikiran dan teori pengetahuan sangat mutlak dibutuhkan, karena kajian-kajian tersebut akan membuka realitas dari pengetahuan itu sendiri. Hasil dari kajian-kajian tersebut akan memberikan gambaran dan dampak terhadap subyek dalam hal ini manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, perspektif manusia terhadap alam, sang pencipta, dan hal-hal pendukung lainnya yang mendukung keberadaan manusia bersama alam semesta ini, dan sikap manusia terhadap alam itu sendiri. Yang pada akhirnya manusia mengetahui tujuan dan hakikat dari suatu pemikiran tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar