Kamis, 30 Maret 2017

Presentasi Kelompok 4


METAFISIKA





















Disusun oleh:



Andhika Rama Bijaya (2715162139)

Choirunnisa (2715163955)

Xenalle Arky Mochammad (2715160714)







UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


Mata Kuliah                  : Filsafat Ilmu

Dosen Pembimbing      : Prof. Dr. H. Aceng Rahmat, M.Pd.




KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Metafisika. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

Tak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini pun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

            Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasiswa, dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.




DAFTAR ISI



Kata Pengantar...................................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................................ iii

BAB I   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan............................................................................................... 2

BAB II   PEMBAHASAN

A. Hakikat Pengetahuan Metafisika.......................................................................... 3

B. Struktur Metafisika............................................................................................... 4

C. Objek Metafisika................................................................................................... 5

D. Kegunaan Metafisika............................................................................................ 6

BAB III   PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................................ 7

Daftar Pustaka....................................................................................................................... 8



 
BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
    Pengetahuan mistik (metafisika) adalah pengetahuan supra-rasional tentang objek yang supra-rasional. Banyak pandangan yang telah membawa perubahan pada pola pikir manusia dan masyarakat modern, yang mendasarkan diri pada filsafat rasionalisme dan empirisme, sehingga realita yang dianggap nyata adalah semua yang empiric,atau yang bisa difikir secara rasional. Di luar semua itu, dipandang dan diyakini sebagai sesuatu yang tidak nyata. Ini lah yang disebut dengan aliran Intuisionalisme. Intuisi merupakan pengetahuan yang di dapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diprediksi. Intuisi ini lah yang menjadi pengetahuan mistik.
    Mengapa manusia perlu mengkaji metafisika? Manusia secara tidak sadar selalu memiliki rasa ingin tahu tentang asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Setiap pengetahuan yang diketahui oleh manusia membutuhkan penafsiran-penafsiran secara ilmu pengetahuan. Keberadaan metafisika dalam ilmu pengetahuan memberikan banyak wawasan bagaimana metafisika merupakan hal substantif dalam menelaah lebih jauh konsep keilmuan dalam menunjang kejayaan manusia dalam berfikir dan menganalisis. Hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan dan kreativitas baru. Aplikasi dalam ilmu berupa komunikasi antar ilmuwan, antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan.

B.        Rumusan Masalah
  1. Apa hakikat pengetahuan mistik (metafisika)?
  2. Bagaimana struktur dari pengetahuan mistik (metafisika)?
  3. Apa saja objek pengetahuan metafisika?
  4. Apa saja kegunaan metafisika?



C.        Tujuan Pembahasan
  1. Mengetahui Hakikat Pengetahuan Metafisika
  2. Mengetahui Struktur Metafisika
  3. Mengetahui Objek Pengetahuan Metafisika
  4. Mengetahui Kegunaan Metafisika
  5. Pemenuhan tugas mata kuliah Filsafat Ilmu



BAB II
PEMBAHASAN

  1. Hakikat Pengetahuan Metafisika
Pengetahuan Mistik atau Metafisika berasal dari kata meta berarti ‘sesudah’,’selain’,atau ‘di balik’ dan fisika yang berarti ‘nyata’, atau ‘alam fisik’. Metafisika berarti ‘sesudah,’di balik yang nyata’. Dengan kata lain, metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan ‘hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang nyata’.
Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh, Metafisika ( Mistik ) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindra.
Pengertian secara umum, Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional. Pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ( ajaran atau keyakinan ) tentang Tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio ( A. S. Hornby, A Leaner’s Dictionary of Current English, 1957 : 828 ). Menurut Asmoro Achmadi (2005;14), metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat “keluarbiasaan” ( beyond nature ), yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience). Menurut Ahmadi , metafisika mengkaji sesuatu yang berada di luar hal-hal yang berlaku pada umumnya, atau hal-hal yang tidak alami, serta hal-hal yang berada di luar kebiasaan atau diluar pengalaman manusia.
Aristoteles menyinggung masalah metafisika dalam karyanya tentang ‘filsafat pertama’, yang berisi hal-hal yang bersifat ghaib. Menurutnya, ilmu metafisika termasuk cabang filsafat teoretis yang membahas masalah hakikat segala sesuatu, sehingga ilmu metafisika menjadi inti filsafat.


Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-wujud bersifat ghaib ( supranatural ) dan wujud ini lebih kuasa dibandingkan dengan alam nyata. Berikut beberapa tafsiran metafisika:
• Animisme, mengembangkan metafisika bahwa alam dan manusia dikuasai oleh wujud-wujud yang bersifat ghaib dan magis. misalnya  (roh-roh yang bersifat ghaib terdapat pada benda, seperti batu, pohon) merupakan contoh kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme. 
• Naturalisme, yaitu paham yang menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supernatural karena naturalism hanya menerima pandangan yang menyatakan bahwa ada itu semata-mata realitas alam. 
• Materialisme, merupakan turunan naturalisme merupakan paham yang berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh yang kekuatan ghaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.

B. Struktur Metafisika
Dilihat dari segi sifatnya mistik dibagi menjadi dua, yaitu :
  1. Mistik Biasa, jika dalam Islam, mistik biasa adalah tasawuf, karena tanpa mengandung kekuatan tertentu.
  2. Mistik Magis, adalah sesuatu yang mengandung kekuatan tertentu. Magis ini dibagi dua, yakni :
           a.       Magis Putih, selalu dekat hubungannya dengan tuhan, sehingga dukungan tuhan yang menjadi penentu. Mistik magis putih bila dicontohkan dalam Islam seperti mukjizat, karamah, ilmu hikmah.
           b.      Magis Hitam, erat hubungannya dengan kekuatan setan dan roh jahat.
    Menurut Ibnu Khaldun penganut magis hitam memiliki kekuatan di atas rata-rata, kekuatan mereka yang menjadikan mereka mampu melihat hal-hal ghaib dengan dukungan setan dan roh jahat. Contohnya seperti santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir.


Jiwa-jiwa yang memiliki kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga, diantaranya :
1.      Mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental atau himmah. Itu disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh jahat. Para filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar biasa.
2.      Mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak benda-benda atau elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau benda yang ada di bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam bentuk benda-benda material atau rajah.
3.      Mereka yang melakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imajinasi sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompok ini disebut kelompok pesulap.

C. Objek Metafisika
Objek metafisika menurut Aristoteles yaitu, (a) yang ada sebagai yang ada dan (b) yang Ilahi. Namun Aristoteles sendiri tidak menjadikan dua objek kajian tersebut sebagai dua disiplin ilmu yang berbeda.
Seorang filsof Jerman bernama Christian Wolff meyakini bahwa dua objek tersebut harus dipisahkan atau tidak dapat dibicarakan bersama-sama. Oleh karena itu, Wolff memilah filsafat pertama Aristoteles menjadi metaphysica generalis (metafisika umum) atau ontology dan metaphysica specialis (metafisika khusus).
Ontologi yaitu ilmu tentang yang ada atau pengada. Sedangkan metafisika khusus terbagi menjadi Antropologi (tentang hakikat manusia, hubungan jiwa dan raga), Kosmologi (asal-usul hakikat alam semesta), dan Theologi (kajian tentang Tuhan secara rasional).
Menurut pendapat lain, objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, Malaikat, Surga, Neraka, Jin dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio, yaitu objek-objek supra natural (supra rasional), seperti kebal, debus, pelet, penggunaan Jin, santet dan lain-lain. Pengetahuan mistik itu tidak diperoleh melalui indera dan tindakan juga dengan menggunakan akal rasional.

Pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, ada yang mengatakan melalui intuisi, Al-Ghozali mengatakan melalui dhamir atau qalbu. Kebenaran mistik dapat diukur dengan berbagai macam ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari tuhan, maka ukurannya adalah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Surga dan Neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh oleh kita untuk melakukan pekerjaan, kepercayaan itulah yang menjadi kekuatannya. Ada kalanya kebenaran suatu teori dalam pengetahuan mistik diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran kebenarannya.

D. Kegunaan Metafisika
1. Bagi Pengembangan Ilmu
  • Mengajarkan cara berpikir serius, terutama dalam menjawab problem yang bersifat enigmatik (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam. (Kennick)
  • Mengajarkan untuk selalu terbuka akan temuan dan kreativitas baru dalam sebuah ilmu. (Kuhn)
2. Bagi Penggunanya
Mustahil pengetahuan mistik mendapat pengikut yang begitu banyak dan berkembang sedemikian pesat bila tidak ada gunanya. Pengetahuan mistik itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya.
Berikut beberapa contoh kegunaan metafisika,
  • Di kalangan sufi (pengetahuan mistik biasa) dapat menentramkan jiwa mereka. Pengetahuan mereka seiring dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sains dan filsafat.
  • Jenis mistik lain seperti kekebalan, pelet, debus dan lain-lain diperlukan atau berguna bagi seseorang sesuai dengan kondisi tertentu, terlepas dari benar atau tidak penggunaannya. Kebal misalnya dapat digunakan dalam pertahanan diri, debus dapat digunakan sebagai pertahanan diri dan juga untuk pertunjukkan hiburan
  • Sementara mistik magis hitam, untuk kejahatan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
  • Metafisika ( Mistik ) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindra.
  • Beberapa tafsiran metafisika yaitu, animism, naturalism, dan materialism.
  • Struktur pengetahuan mistik, jika dilihat dari sifatnya terbagi menjadi dua, mistik biasa dan mistik magis, mistik magis sendiri terbagi menjadi dua yaitu mistik magis putih dan mistik magis hitam
  • Objek metafisika menurut Aristoteles yaitu, (a) yang ada sebagai yang ada dan (b) yang Ilahi. Christian Wolff membaginya menjadi metaphysica generalis (metafisika umum) atau ontology dan metaphysica specialis (metafisika khusus). Menurut pendapat lain, objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra rasional, atau hal-hal gaib.
  • Metafisika dapat berguna bagi pengemban ilmunya dan pengguna ilmu mistik.





DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Mudjia.dkk.2009.Filsafat Ilmu.Malang: UIN-Malang Press
Susanto, A.2011.Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara
Tafsir, Ahmad.2010.Filsafat Ilmu.Bandung: ROSDA KARYA






Kamis, 23 Maret 2017

Presentasi Kelompok 3

MAKALAH FILSAFAT ILMU
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
SUMBER PENGETAHUAN DAN KRITERIA KEBENARAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu semester 106 dengan dosen pengampu:

Prof. Dr. H. Aceng Rahmat, M.Pd.


















DISUSUN:

ASYIAH SPIEGEL B      2715160695
DEA AFISYA                  2715163383
DANIAR PUTRI             2715161176
SYAFITRI                        2715161361
VENNI NABILA             2715162928

Prodi Pendidikan Bahasa Arab 
Universitas Negeri Jakarta 
2017

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Filsafat Ilmu dengan judul “Dasar-Dasar Pengetahuan.”
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Aceng Rahmat, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan kepercayaan untuk membuat makalah ini, serta pada teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah di waktu yang akan datang.

Jakarta, 19 Maret 2017
                                                                                                          Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang berpikir, merasa, mengindera: dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping wahyu yang merupakan komunikasai Sang Pencipta dengan makhluknya. Manusia memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu sifat ingin tahu yang tinggi sehingga rasa ingin tahu ini semakin hari semakin bertambah. Oleh sebab itu manusia dikatakan sebagai makhluk yang mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan, namun pengetahuannya hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya dan mengembangkan hal-hal baru. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya tidak sekedar mengatasi kebutuhan hidupnya namun memiliki tujuan tertentu yang lebih tinggi dari pada itu.
Manusia selalu berusaha menemukan  kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan, dalam latar belakang diatas didapatkan suatu rumusan masalah:
1. Pengertian pengetahuan dan sumber pengetahuan
2. Pengertian kriteria kebenaran
3. Teori-teori kebenaran filsafat ilmu

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui apa yang dimaksud Pengetahuan dan sumbernya
b. Mengetahui apa yang dimaksud Kriteria kebenaran.
c. Mengetahui teori-teori kebenaran filsafat ilmu

BAB II
PEMBAHASAN

      I.        Sumber Pengetahuan

A.   Pengertian Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan.Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.

B.   Sumber Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita. Ada beberapa sumber untuk mendapatkan pengetahuan, antara lain:
a.    Akal atau rasio
Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut rasionalisme. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum rasionalis bersifat apriori dan pengalaman didapatkan dari penalaran rasional. Masalah yang timbul dari berpikir seperti ini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi karena premis-premis yang hanya bersumber pada penalaran rasional dan tidak memperdulikan pengalaman
b.    Pengalaman
Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan disebut empirisme. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat dari penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan mengenai fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis. Pengalaman dalam empirisme yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial karena indera yang satu berbeda dengan indera yang lainnya. Jadi pengetahuan inderawi berdasar pada perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas indera tertentu.
c.    Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi besifat personal dan tidak dapat diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama dalam menemukan suatu kebenaran. 
d.    Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Singkatnya, agama dimulai dari rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu meningkat atau menurun. Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.

C.   Metode Pengetahuan
Metode Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apabila memiliki patokan yang merupakan rambu-rambu untuk menentukan benar atau salah.
Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu
1.    Objektif Pengetahuan itu sesuai dengan Objek
2.    Metodik Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
3.    Sistematis pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan, saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
4.    Berlaku Umum/ Universal Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua orang dengan eksperimentasi yang sama akan menghasilkan sesuatu yang sama atau konsisten.

Ada 2 pokok untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
1.    Empiris Yaitu pengetahuan yang disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh melalui penalaran rasional yang abstrak, namun diperoleh melalui pengalaman yang kongkrit.
2.    Rasionalisme
Yaitu suatu cara yang didasarkan pada suatu rasio. Pandangannya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran.

D.   Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : 
1.    Pendidikan 
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuanya.

2.    Pengalaman 
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu 
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu 
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997). 

3.    Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang di perolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

4.    Informasi 
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya tv, radio atau surat kabar maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.


    II.        Kriteria Kebenaran

Ø  Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Kebenaran menurut setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.

Ø  Jenis-jenis Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran, yakni:
·         Kebenaran Epistimologis
Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran epistimologis merupakan kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan disebut benar dan kapan pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.
·         Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek. Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada.
·         Kebenaran Semantik
Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.

Ø  Teori Kebenaran
Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:
·         Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.

·         Teori Korespondensi
Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pertanyaan tersebut.
·         Teori Pragmatis
Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu parnyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. sumber untuk mendapatkan pengetahuan, antara lain: Akal atau rasio, pengalaman, intuisi, wahyu. 4 syarat metode ilmiah yaitu : objektif, metodik, sistematis, universal. Dan 2 pokok pengetahuan: empiris dan rasionalisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, pengalaman, usia, dan informasi.
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. 3 jenis kebenaran yaitu: epistimologis, ontologis, semantik. 3 macam teori kebenaran yaitu: koherensi, korespondensi, pragmatis.



DAFTAR PUSTAKA

nurhayatielzahra.blogspot.co.id/2016/12/makalah-filsafat-ilmu-sumber.html?m=1
www.kumpulanmakalah.com/2015/12/sumber-ilmu-pengetahuan.html?m=1
situssejati.blogspot.co.id/2013/08/makalah-sumber-ilmu-pengetahuan-dan_18.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/vibrasayekti.wordpress.com/2016/04/10/makalah-filsafat-ilmu-dasar-dasar-pengetahuan/amp/
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/makalah-filsafat-ilmu-memahami-teori.html?m=1
https://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
rudisiswoyoalfatih.blogspot.co.id/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-tentang-teori.html?m=1