MAKALAH FILSAFAT ILMU
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
SUMBER PENGETAHUAN DAN KRITERIA KEBENARAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Ilmu semester 106 dengan dosen pengampu:

DISUSUN:
ASYIAH SPIEGEL B 2715160695
DEA AFISYA 2715163383
DANIAR PUTRI 2715161176
SYAFITRI 2715161361
VENNI NABILA 2715162928
Prodi Pendidikan Bahasa Arab
Universitas Negeri Jakarta
2017
KATA
PENGANTAR
Puja dan puji syukur selalu kami haturkan
kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta
inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Filsafat Ilmu
dengan judul “Dasar-Dasar Pengetahuan.”
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Aceng Rahmat, M.Pd., selaku dosen mata
kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan kepercayaan untuk membuat makalah
ini, serta pada teman-teman yang telah memberikan motivasi dalam pembuatan
makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan para pembaca serta dapat dijadikan
referensi untuk penyusunan makalah di waktu yang akan datang.
Jakarta, 19 Maret
2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang berpikir,
merasa, mengindera: dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber
tersebut, disamping wahyu yang merupakan komunikasai Sang Pencipta dengan
makhluknya. Manusia memiliki sifat yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu
sifat ingin tahu yang tinggi sehingga rasa ingin tahu ini semakin hari semakin
bertambah. Oleh sebab itu manusia dikatakan sebagai makhluk yang mengembangkan
pengetahuannya secara sungguh-sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan,
namun pengetahuannya hanya terbatas untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan
manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan hidupnya dan
mengembangkan hal-hal baru. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya
tidak sekedar mengatasi kebutuhan hidupnya namun memiliki tujuan tertentu yang
lebih tinggi dari pada itu.
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para
rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional,
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan
harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang
tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan
adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas
fenomena tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari beberapa hal yang telah diungkapkan, dalam
latar belakang diatas didapatkan suatu rumusan masalah:
1. Pengertian pengetahuan dan sumber
pengetahuan
2. Pengertian kriteria kebenaran
3. Teori-teori kebenaran filsafat ilmu
1.3 TUJUAN
a. Mengetahui apa yang dimaksud Pengetahuan dan
sumbernya
b. Mengetahui
apa yang dimaksud Kriteria kebenaran.
c.
Mengetahui teori-teori kebenaran filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Sumber Pengetahuan
A. Pengertian
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu
sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan
pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu,
hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James
menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual
yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan
pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian,
melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan juga bisa
merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek
material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai dua
perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan
keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu
pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan
mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.
Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang
bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan
menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena
banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte
yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan.Pertama, menurut
Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang
bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik
yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya
sendiri dalam lingkungan positifistik.
B. Sumber
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah
hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera kita, ingatan atau
angan-angan kita. Ada beberapa sumber untuk mendapatkan pengetahuan, antara
lain:
a. Akal atau rasio
Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal
atau ide disebut rasionalisme. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif
dalam menyusun pengetahuannya. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan
kesesatan terletak di dalam ide dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi
saja. Jadi ide kaum rasionalis bersifat apriori dan pengalaman didapatkan dari
penalaran rasional. Masalah yang timbul dari berpikir seperti ini adalah
mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut
seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi karena premis-premis yang
hanya bersumber pada penalaran rasional dan tidak memperdulikan pengalaman
b. Pengalaman
Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai
sumber pengetahuan disebut empirisme. Kaum empiris berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu bukan didapat dari penalaran rasional yang abstrak
namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama yang timbul dalam penyusunan
pengetahuan secara empiris adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu
cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan mengenai fakta
atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem
pengetahuan yang sistematis. Pengalaman dalam empirisme yang dimaksud ialah
pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial karena indera
yang satu berbeda dengan indera yang lainnya. Jadi pengetahuan inderawi
berdasar pada perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas indera tertentu.
c. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa
melalui proses penalaran tertentu. Intuisi besifat personal dan tidak dapat
diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi
analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang
dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama dalam menemukan
suatu kebenaran.
d. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh
Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang
diutus-Nya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai
kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup
masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan
manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Singkatnya, agama dimulai dari rasa
percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu meningkat atau menurun.
Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui
proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.
C. Metode Pengetahuan
Metode Ilmiah
Seseuatu dianggap ilmiah apabila
memiliki patokan yang merupakan rambu-rambu untuk menentukan benar atau
salah.
Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah
apabila memenuhi 4 syarat yaitu
1. Objektif Pengetahuan
itu sesuai dengan Objek
2. Metodik Pengetahuan
itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
3. Sistematis pengetahuan
ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri satu sama lain
saling berkaitan, saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg
utuh.
4. Berlaku
Umum/ Universal Pengetahuan tidak hanya diamati hanya oleh
seseorang atau oleh beberapa orang saja ,tapi semua orang dengan eksperimentasi
yang sama akan menghasilkan sesuatu yang sama atau konsisten.
Ada 2 pokok untuk memperoleh
pengetahuan yaitu:
1.
Empiris Yaitu
pengetahuan yang disusun berdasarkan pada pengalaman, paham yg dikembangkan
disebut Empiris. Bagi kaum rasionalis berpendapat pengetahuan manusia diperoleh
melalui penalaran rasional yang abstrak, namun diperoleh melalui pengalaman yang
kongkrit.
2.
Rasionalisme
Yaitu suatu cara yang didasarkan
pada suatu rasio. Pandangannya menyatakan rasio merupakan sumber dan pangkal
dari segala pengertian hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada
kebenaran dan dapat memberi petunjuk dalam segala jalan pikiran.
D. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuanya.
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada
masa lalu (Notoadmojo, 1997).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga
mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi
oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang di perolehnya,
akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan
atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya tv, radio atau surat kabar
maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
II.
Kriteria Kebenaran
Ø Pengertian
Kebenaran
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan
obyeknya. Kebenaran menurut setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga
setiap jenis pengetahuan mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini
disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.
Ø Jenis-jenis
Kebenaran
Ada tiga jenis kebenaran, yakni:
·
Kebenaran Epistimologis
Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis.
Kebenaran epistimologis merupakan kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan
manusia. Sebuah pengetahuan disebut benar dan kapan pengetahuan disebut benar
apabila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang ada dalam
objek.
·
Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau
kodrat dari obyek. Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar
yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada.
·
Kebenaran Semantik
Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat
dan melekat dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan
pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran.
Ø Teori
Kebenaran
Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:
·
Teori Koherensi
Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika adalah bentuk
pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.
·
Teori Korespondensi
Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap
benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pertanyaan tersebut.
·
Teori Pragmatis
Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar
diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam
kehidupan praktis. Artinya, suatu parnyataan adalah benar, jika pernyataan itu
atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai
doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan adalah suatu
sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan
pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu,
hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. sumber untuk mendapatkan
pengetahuan, antara lain: Akal atau rasio, pengalaman, intuisi, wahyu. 4 syarat
metode ilmiah yaitu : objektif, metodik, sistematis, universal. Dan 2 pokok pengetahuan:
empiris dan rasionalisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu pendidikan, pengalaman, usia, dan informasi.
Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan
obyeknya. 3 jenis kebenaran yaitu: epistimologis, ontologis, semantik. 3 macam
teori kebenaran yaitu: koherensi, korespondensi, pragmatis.
DAFTAR PUSTAKA
nurhayatielzahra.blogspot.co.id/2016/12/makalah-filsafat-ilmu-sumber.html?m=1
www.kumpulanmakalah.com/2015/12/sumber-ilmu-pengetahuan.html?m=1
situssejati.blogspot.co.id/2013/08/makalah-sumber-ilmu-pengetahuan-dan_18.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/vibrasayekti.wordpress.com/2016/04/10/makalah-filsafat-ilmu-dasar-dasar-pengetahuan/amp/
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/makalah-filsafat-ilmu-memahami-teori.html?m=1
https://van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
rudisiswoyoalfatih.blogspot.co.id/2012/02/makalah-filsafat-ilmu-tentang-teori.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar